Senin, 07 November 2011

Seorang Muslim Yang Moderat


Para sarjanawan berbeda pendapat mengenai pengertian muslim moderat, namun secara umum memiliki beberapa persamaan. Seperti yang di ungkapkan oleh Angel Rabasa[1], Graham E. Fuller[2], Muqtader Khan[3], dan Andrew McCharty[4]. Setiap mereka memiliki pengertian sendiri-sendiri, namun pada intinya memiliki persamaan. Diantaranya, Mendukung demokrasi, memperjuangkan HAM, pro-pluralisme, anti kekerasan, dan menjunjung tinggi kebebasan. Dari pengertian yang diajukan oleh sarjanawan Barat tersebut, nampaknya tidak semuanya bertentangan dengan Islam. Namun, perlu diperjelas lebih mendalam maksud dari itu semua. Contoh, Islam sangat menghormati pendapat orang lain, selama pandapat itu sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Namun, jika yang dimaksud demokarasi ialah persamaan pendapat tanpa memandang latar belakang individunya, hal ini tidak dibenarkan dalam Islam[5]. Kemudian dalam masalah HAM, al Quran tidak membeda-bedakan umat manusia di muka bumi ini, begitu juga dengan hak dan kewajibannya. Akan tetapi bila yang dimaksudkan dengan HAM internasional, maka asumsi ini bertentangan dengan asas keberagamanaan. Sebab, manusia diposisikan sebagai standar dalam menentukan kebenaran dan keburukan segala sesuatu tanpa memperdulikan aspek agama. Sedangkan pluralism, Allah menciptakan makhluknya berbeda-beda, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, dengan bertujuan agar saling mengenal[6]. Sebaliknya, jika pluralime disini bertujuan meniadakan identitas agama dan menyama-nyamakan perbedaan antara satu agama dengan yang lainnya, maka pandangan ini ditolak oleh semua agama. Lalu bila pengertian anti-kekerasan disini mendekontruksi hukum-hukum Islam dan disesuaikan dengan HAM internasional, maka definisi tersebut sangat kotradiktif dengan ketentuan syari’ah. Sedangkan yang terakhir adalah kebebasan. Dalam pemahaman Islam, kebebasan harus berdasarkan syari’at. Bukan kebebasan tanpa batas dan control. Kebebasan dalam pandagan Barat cenderung lepas control dan semuanya. Singakatnya, setiap definisi yang diajukan harus ditelaah lebih lanjut, agar tidak terjebak dalam terminology mereka.



Kutipan Langsung
Pengertian terhadap muslim moderat yang diajukan oleh ilmuwan cenderung pro-Barat. Angel Rabasa mendefinisikan muslim moderat sebagai:
Moderate Muslims is one who share the key dimensions of democratic culture that include support for democracy and internationally recognized human rights (including gender equality and freedom of worship),…and opposition to terrorism and other illegitimate forms of violence”[7]
Pengertian ini menunjukan bahwa muslim moderat harus sesuai dengan pandangan Barat. Seperti, pro-demokrasi dan HAM internasional yang didalamnya termasuk kesetaraan gender dan pluralism. Serta tidak melegalkan kekerasan. Padahal, dari klasifikasi yang ada tidak serta merta bertolak belakang dengan Islam. Islam sangat menghormati keberadaan dan kedudukan manusia, sangat menentang kekerasan dan mengakui keserasian gender, sebab, laki-laki dan wanita memiliki tugas yang sama dihadapan Allah, yang membedakannya hanyalah taqwa. Senada dengannya Andrew McCharty: “ we would also seen that syairah with dictates that contradict liberty and equality….is no maderate… Consequently, no one who advocates shariah can be a moderate”. Definisi ini lebih ektrim dari sebelumnya. Artinya penegakan syari’ah Islam sangat ditentangnya dan yang melaksanakannya divonis tidak moderat. Hal itu dikarenakan syari’ah kontradiktif dengan kebebasan dan kesetaraan. Selain itu Graham E. Fuller juga berpandapat bahwa “seorang non-muslim moderat adalah mereka yang mempercayai demokrasi, toleran, tidak memakai politik yang arogan, dan berlaku adil kepada wanita…”[8]. Meskipun pengertian tersebut ditujukan ke non-muslim, namun bisa kita pahami bahwa muslim moderat mestinya bersikap demikian. Padahal, muslim jauh lebih baik dari anggapan meraka. Lebih toleran, menolak kekerasan, dan menghargai wanita. Akan tetapi bila pemahaman dari definisi tersebut berdasarkan keinginan Barat, maka itu tidak dibenarkan dan tidak sesuai dengan Islam. M.A. Muqtader Khan yang notabene-nya ilmuwan muslim berpendapat yang mendasarinya dengan al-Quran, bahwa muslim moderat adalah memperlakukan semua orang yang bermartabat dengan rasa hormat (17:70), tidak mengintimidasi orang lain (2:256), …. mereka percaya bahwa internalisasi pesan Islam dapat membawa tranformsi social …, al Quran mendukung modernisasi (2:143),…”Pengertian ini diajukan hanya sebagai respon dari Barat. Ia ingin menunjukan bahwa muslim moderat tidak seperti yang mereka pahami. Selain itu, argument ini bisa mempersempit gerak muslim. Sebab, muslim moderat tidak memiliki criteria sendiri yang dapat mengakomodir ruang gerak muslim moderat secara menyeluruh. Jadi, definisi muslim moderat seharusnya dapat mengaplikasikan muslim secara kaffah, bukan membatasinya.




Kutipan Tidak Langsung
            Fenomena tarik ulur terminology dalam agama menjadi pemasalahan yang serius. Sebagai contoh adalah pemaknaan muslim moderat dikalangan sarjanawan baik Barat maupun Timur. Graham E. Fuller berpandapat bahwa seorang non-muslim moderat adalah mereka yang mempercayai demokrasi, toleran, anti-kekerasan, dan berlaku adil kepada wanita[9]. Meskipun definisi ini dialamatkan kepada non-muslim, akan tetapi Fuller memasukan muslim moderat dalam ketegori tersebut. Dari pengertian tersebut bisa kita tangkap bahwa selama ini seorang muslim anti-demokrasi, intoleran, mendukung kekerasan dan tidak berlaku adil terhadap wanita. Asumsi diatas tidak beralasan, sebab, Islam mengajarkan itu semua, namun dalam pemahaman Islam yang benar. Dalam situs muslimagainstsharia diungkap bahwa muslim moderat adalah mereka yang mendukung pluralism agama, melawan kekhalifahan, pro-HAM, menolak jihad, mendukung perubahan dalam Islam, melawan atribut keagamaan, dan mengangap bahwa Nabi Muahmmad tidak pantas untuk diteladani serta dihormati.[10] Ungkapan ini sangat tendensius dan tidak berdasar, serta cenderung ektrim. Sebab, hal itu terungkap jelas melalui argumentnya yang menyatakan pro pluralism agama yang mana ini berarti menghilangkan identitas agama tersebut. Kemudian, menolak jihad, kekhalifahan, atribut keagamaan, dan menolak keteladanan nabi Muhammad, ini semua sangat bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Bagaimana mungkin orang masih dikatakan muslim jika ia menolak hal tersebut. Itu sama halnya, menyatukan air dan minyak. Sedangkan M.A. Muqtader Khan berpendapat yang berdasarkan al Quran untuk mengautkan argumennya, tentang muslim moderat adalah memperlakukan semua orang yang bermartabat dengan rasa hormat (17:70), tidak mengintimidasi orang lain (2:256), berkehidupan etis, besaing dalam berbuat baik,menyuruh kebaikan dan melarang yang jahat (5:48 dan 3:110), mereka percaya bahwa internalisasi pesan Islam dapat membawa tranformsi social yang diperlukan untuk membangun kota yang berbudi luhur, al Quran mendukung modernisasi (2:143), dan meninggikan kebaikan untuk menuju jalan yang lurus (1:117). Meskipun argument ini cenderung anti-tesis dari pendapat ilmuwan Barat, namun bisa mewakili pengertian muslim moderat. Selain itu Yusuf Qardhawi menegaskan bahwa muslim moderat adalah meyakini wahyu dan tidak menafikan akal, menolak aksi teror yang terlarang, tetapi mendukung jihad yang disyariatkan,  mengajak kepada keseriusan dan konsisten, memperhatikan ibadah syar’iyah dan tidak melupakan nilai-nilai moral, dan memperhatikan ibadah syar’iyah dan tidak melupakan nilai-nilai moral. Dengan pandagan yang diutarakan oleh al Qardhawi, muslim moderat lebih berkarakter dan memiliki khas yang tidak bertentangan dengan ajaran agama. Singaktnya, istilah agama yang akan digukanan harus sesuai dengan induk ajarannya, agar tidak terjadi kesalah pahaman.


[1] Angel Rabasa (et el), Building Moderate Muslim Networks, Rand Corporation, Center for Middle east Public Policy, Santa Monica, 2007, p.xi, lihat catatan no 1: hal.66
[2] Graham E. Fuller, “Freedom and Security: Necessary Condition for Moderation”, The American Journal of Islamic Social Sciences 22:3,  p.21-22.
[3] M. A. Muqtader Khan, “Islamic Democracy and Moderate Muslims : The Straight Path Runs trought the Middle.” The American Journal of Islamic Social Sciences 22:3, p. 40-41; see also http : //ijtihad.org/moderatemuslims.htm, seen on 18 October 2010
[4] Andrew McCharty, “Inventing Moderate  Islam (incl. John Esposito)”. It cant be done without confronting mainstream Islam and its sharia agenda. National Review Online, August 24, 2010.
[5] QS: Az Zumar: 9.
[6] QS: Al Hujurat: 13.
[7]. Ibid.p.66.
[8] Graham E. Fuller, “Freedom and Security: Necessary Condition for Moderation”, The American Journal of Islamic Social Sciences 22:3,  p.21-22.
[9] Ibid.21-22.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar